Review Canon S95 untuk Street Photography

Posted Feb 10, 2017

Mengapa saya mereview kamera ini? Tentu saja karena saya sedang menggunakan kamera ini untuk memotret street photography. Setelah saya puas menggunakan smartphone iPhone 5 selama tahun 2016 untuk memotret street photography.

Perlu diketahui bahwa saya bukanlah penggemar Canon, saya lebih familiar dengan menu-menu yang ada pada kamera Nikon (DSLR) dibandingkan Canon. Bagi saya kamera hanyalah tools, tidak ada alasan tertentu mengapa saya menggunakan kamera tersebut, bukan pula karena idealisme.

Misalnya saja karena pengguna DSLR Canon banyak, maka saya memilih Nikon, engga, saya menggunakan merk tertentu bukan karena itu, tapi karena memang kamera tersebut yang nyaman untuk saya gunakan.

Canon S95

Mengapa Saya Membeli Canon S95

Sebenarnya kamera point and shoot yang saya incar adalah kamera Panasonic Lumix LX5. Saya bahkan tidak tau ada seri kamera point and shoot Canon tipe S95. Tapi kenapa saya membeli Canon S95 ini karena saya tidak menemukan harga kamera bekas yang lebih murah dibandingkan dengan Canon S95 (jika dibandingkan dengan Panasonic LX5).

Kalau saya lihat sekilas memang pada LX5 terdapat hot soe untuk menggunakan flash external. Kelebihan yang sekilas terlihat juga ada pada maksimal shutter speednya, yaitu 1/4000, jika dibandingkan dengan Canon S95 yang hanya 1/1600, tentu dengan kecepatan segitu kita engga kehilangan momen memotret kalau pake LX5. Tapi saya tidak bisa bilang LX5 kamera yang nyaman bagi saya memotret street photography, karena saya belum pernah mencobanya.

Bisa dikatakan saya terjangkit Gear Acquisition Syndrome dengan membeli Canon S95 ini (walaupun membeli yang bekas). Karena sebenarnya saya memiliki iPhone 5 yang sudah cukup mumpuni untuk memotret street photography. Namun karena memang kelemahan utama smartphone saya itu adalah baterai, maka mau tak mau saya perlu mencari kamera pengganti. Setelah berGAS-GAS ria, akhirnya pilihan saya jatuh pada Canon S95 ini.

Membeli kamera Canon S95 ini menjadi taruhan yang lumayan besar juga, karena saya tidak punya referensi mengenai kamera ini untuk memotret street photography, bahkan tidak ada teman atau kenalan supaya saya bisa mencoba kamera ini untuk memotret, terutama untuk memotret street photography.

Mengapa saya mencari kamera point and shoot? Karena setelah 1 tahun saya fokus memotret street photography menggunakan iPhone 5, saya menyimpulkan bahwa lebih nyaman menggunakan kamera yang ukurannya kecil tapi memiliki fitur fotografi yang cukup banyak, daripada saya memiliki yang lumayan besar (tidak bisa masuk kantong celana), sehingga akhirnya saya jarang memotret.

Kehidupan di Kereta

Fitur Canon S95 untuk Street Photography

Canon S95 tidaklah spesial, saat ini sudah banyak kamera point and shoot digital yang bagus-bagus. Perlu diketahui Canon S95 ini keluaran tahun 2011, tapi saat ini saya sangat puas memiliki kamera ini. Walaupun hanya menggunakan sensor CCD dengan 10 megapiksel, tidak jauh berbeda dengan kamera iPhone 5 saya yang hanya 8 megapiksel. Bahkan smartphone istri saya memiliki besaran 13 megapiksel pada kameranya. Tapi tentu saja megapiksel bukanlah segalanya.

Ketika pertama kali menggunakan kamera ini, saya dipermudah dengan tombol dial untuk memilih mode memotret yang terletak di atas dekat tombol shutter. Tombol dial ini memudahkan saya pindah mode dari Program (P), Time Value (Tv atau S), Aperture Value (Av atau A), dan Manual (M). Untuk mode yang lain saya tidak terlalu memperhatikannya. Selain tombol dial ini, sebenarnya semua tombol fisik yang ada di kamera Canon S95 sudah memenuhi kebutuhan saya tanpa harus masuk ke menu, seperti memilih mode fokus macro-manual-normal, melihat preview foto, kompensasi exposure, shutter, on/off (ini penting biar batre ga cepet habis), dan ring pada lensa yang bisa digunakan sesuai kebutuhan. Jadi kita bisa memilih fungsi apa yang akan digunakan pada ring di lensa. Biasanya saya menerapkan fungsi manual fokus atau kompensasi exposure pada ring di lensa ini.

Salah satu hal yang menurut saya cukup mengesankan dari kamera ini adalah mode fokus macronya—yang cukup baik, dan flashnya yang bisa diatur kompensasi exposurenya melalui mengubah ISOnya. Kalau hal yang mengganggu atau bahkan sebenarnya tidak pernah dan tidak akan saya gunakan adalah fitur zoomingnya karena lensa kamera ini adalah 28-105mm. Saya menggunakan 28mm untuk semua foto street photography saya.

Fitur lain yang kemungkinan engga bakal saya gunakan adalah videonya, kamera ini sendiri sanggup merekam dengan resolusi video 720p dan 25fps. Kalah dengan iPhone saya yang sanggup merekam video beresolusi 1080p dengan 30-50fps.

Perlu saya jelaskan juga bahwa kamera ini, walaupun bisa manual fokus, tapi tetep saja auto white balance-nya berjalan sedikit lama, sehingga terasa seperti ada shutter lag yang lumayan lama. Bahkan ketika menggunakan flash internal, masih terasa ada shutter lag ketika memotret. Sebenarnya menurut saya shutter lag pada kamera ini masih wajar, hanya saja karena maksimal shutter speed pada kamera ini cukup kecil (1/1600), untuk menangkap decesive moment tergolong cukup susah. Beberapa orang mungkin sedikit terganggu dengan hal seperti itu.

Sebenarnya saya berharap banyak pada mode gambar vivid yang ada pada kamera ini, karena saya sudah terbiasa memotret JPEG dengan mode gambar vivid pada kamera Nikon D90 saya, sehingga saya tidak perlu melakukan post processing yang lama di depan komputer, tapi entah mengapa saya tidak begitu menyukai hasil ‘vivid’ pada Canon S95 ini. Jadi saya hanya memotret JPEG menggunakan mode gambar standar saja, kemudian baru post processing di komputer. Kamera ini sebenarnya bisa memotret RAW, format filenya adalah CR2 RAW. Namun karena ada distorsi pada hasil RAW-nya (yang sebenarnya bisa diperbaiki di komputer—yang bakal menambah lama post processing-nya), saya lebih memilih memotret JPEG saja.

Kerja di Kereta

Pengalaman Street Photography

Walaupun sedikit lebih gemuk dibandingkan dengan iPhone 5, tapi Canon S95 ini bisa saya simpan di saku celana, sehingga saya bisa stand by memotret kapan saja. Hanya saja karena barang bekas, saya sedikit paranoid akan menubruk benda keras ketika kamera ini tersimpan di kantong celana.

Sesuai dugaan saya, memotret menggunakan kamera ini tidak terlalu mencolok apalagi ketika berada di tempat-tempat seperti stasiun atau kereta Commuterline. Hanya saja saya masih merasa gugup apabila mau memotret candid anak kecil lucu, saya takut dikira Pencabul.

Baterai kamera ini tergolong cukup kecil ukurannya, apabila digunakan merekam video, saya yakin baterai bakal cepet habis. Karena saya tidak merekam video menggunakan kamera ini dan saya juga tidak terlalu banyak mengambil foto, maksud saya, saya hanya benar-benar memotret ketika ada momen yang benar-benar menarik, maka baterai yang ada pada kamera ini sudah cukup untuk saya. Sebagai antisipasi, saya menyimpan baterai cadangan dan selalu saya bawa ke mana-mana.

Karena menggunakan storage external, maka saya tidak terlalu dipusingkan dengan masalah ‘kehabisan memory’. 8GB sudah sangat cukup bagi saya memotret, karena seperti yang saya jelaskan kalau saya tidak sering mengambil gambar. Bahkan untuk proyek foto prewedding yang saya lakukan beberapa bulan yang lalu, 8GB masih tersisa banyak sekali.

Fitur manual yang ada pada kamera ini walaupun jarang saya pakai, namun sangat bermanfaat ketika saya butuh memotret jenis foto tertentu. Secara ‘default’ saya menggunakan mode P, auto ISO (saya set maksimal 1600), dan tinggal memainkan kompensasi exposurenya antara 0 ke -1. Apabila memotret portrait, maka saya aktifkan flash internalnya. Keuntungan dari saya tidak banyak memotret adalah, ketika saya memotret menggunakan flash, baterai tidak cepat habis.

Kelemahan Canon S95

Sebenarnya kelemahan Canon S95 ini sudah saya jelaskan di atas, secara garis besar kelemahannya tersebut adalah:

  1. Autofokus yang cukup lambat.
  2. Shutter lag yang cukup lambat pula.

Autofokus yang lambat bukanlah akhir segalanya, untuk mengatasi autofokus yang lambat ini bisa disiasati dengan menggunakan manual fokus dan teknik zone focussing.

Selain 2 hal itu, kamera ini sangat nyaman untuk saya gunakan memotret street photography, dan memotret yang lain yang menyenangkan untuk difoto.

Banjir Bekasi

Apakah Kamu Perlu Canon S95?

Jawaban pertama saya adalah tidak, kamu tidak perlu kamera ini kalau kamu punya kamera poket yang bisa masuk kantong celana, mudah dibawa, dan spesifikasinya lebih bagus untuk memotret. Sebenarnya smartphone seperti iPhone 4, 4s, 5, 6, dan SE sudah sangat mumpuni untuk memotret street photography—bahkan ukurannya lebih ramping dibandingkan Canon S95!

Jawaban kedua saya adalah tidak. Kamu ga perlu kamera ini kalau kamu punya kamera mirrorless yang sudah cukup nyaman kamu gunakan. Walaupun saya lebih nyaman memotret menggunakan kamera yang lebih kecil, tapi bukan berarti kamu bisa tidak nyaman dengan kamera mirrorless yang ukurannya lebih besar daripada kamera point and shoot. Hal terpenting adalah mensyukuri apa yang dimiliki saat ini, bahkan kamu bisa memotret street photography menggunakan smartphone.

Apabila kamu memiliki budget lebih (10 jutaan), tapi bingung mau membeli kamera untuk street photography, saya sarankan untuk memilih antara Fujifilm X70, Fuji X100s, dan Ricoh GR II atau I. Bahkan apabila ada barang bekas kamera-kamera ini, dan masih mulus, saya menyarankan membeli yang bekas saja. Tapi apabila memang tidak memiliki budget segitu, kamu mungkin bisa melirik Canon S95 ini, kalau engga, saya menyarankan memotret menggunakan smartphone saja. Karena memotret street photography menggunakan smartphone memiliki banyak keuntungan.